Pipi
Si Sandal Jepit
ywidya.my.id |
“Duh, aduh ... “ keluh Pipi begitu kakinya menginjak kerikil tajam. Keringat membanjiri seluruh tubuhnya yang terbuat dari karet.
“Semangat Pipi!” seru Merah dan Hijau dari teras. Kedua sandal itu tergeletak penuh lumpur sehabis dipakai tuan kecilnya.
Pipi
mengeluh. Bobi semakin berat sekarang. Hobi Bobi memang berlari-lari di
sepanjang gang kampung yang penuh kerikil. Badan Pipi sakit-sakit jadinya
karena sering menginjak kerikil-kerikil tajam. Kali ini Pipi tidak diam saja.
Ia sudah tak tahan lagi. Pipi kemudian menggerakkan badannya yang terbuat dari
karet agar tidak menginjak kerikil. Akibatnya Bobi jadi terpeleset, lalu
terjatuh.
Bobi
pulang sambil menangis. Pipi yang tadinya senang bisa menghindari kerikil jadi
ketakutan sekarang. Ternyata di kaki Bobi banyak luka akibat jatuh tadi. Bahkan
di sekitar mata kakinya juga agak bengkak.
“Bobi tidak mau pakai sandal jahat ini lagi!” jeritny Bobi sambil menangis keras.
Ibu
memungut Pipi yang tergeletak dekat tempat sampah. “Bukan salah sandalmu,
Sayang. Kamunya sendiri yang kurang hati-hati.”
Pipi
menyesal karena telah membuat Bobi jatuh. Ia langsung bersembunyi di belakang
Merah dan Hijau begitu Ibu meletakkannya di rak sepatu.
“Mengapa kau melakukan hal itu?” tanya Merah dengan nada tak suka.
Pipi menunduk malu, “Bobi makin berat, aku ....”
“Berat?” tukas Hijau. Karet sandalnya melebar, sebagai tanda kalau ia sedang gusar. “Memang sudah tugasmu menjadi alas kaki bukan?”
Si sandal merah mengangguk-angguk setuju dengan perkataan temannya. “Betul Pipi. Seharusnya kamu menjaga Bobi agar kakinya nyaman, bukannya berbuat jahil padanya.”
Lagi-lagi
Pipi menunduk malu. Ia sadar jika tadi telah berbuat salah. Apalagi setelah
jatuh Bobi tak pernah lagi memakainya. Pipi kini sering iri memihat Bobi
bermain memakai sandal baru. Sandal itu sangat bagus. Ada lampu warna-warni
yang menyala begitu Bobi menginjaknya.
“Kenalkan, aku Lampi,” ucapnya dua hari lalu. “Lihat, aku punya lampu warna-warni.” Lampi memamerkan semua lampu cantik di tubuhnya.
Pipi,
Merah, dan Hijau hanya bisa menonton penuh iri. Pipi menyesal karena pernah
jahat pada Bobi. Beberapa kali ia melihat Bobi merasa tidak nyaman ketika memakai
Lampi. Sepertinya bahan sandal Lampi terlalu keras untuk kulit Bobi. Jadinya
kaki Bobi sering lecet.
“Kenapa tidak kau pakai lagi sandal yang dulu?” tanya Ibu ketika mengobati lecet di kaki Bobi.
Bobi
tidak menjawab. Hanya saja beberapa kali Pipi melihatnya melirik ke arah rak
sepatu. Merah dan Hijau selalu saling sikut jika Bobi melakukan hal itu. Mereka
yakin Bobi ingin bermain memakai sandalnya yang lama. Karena Pipi itu
sebenarnya sandal yang cantik berwarna kuning dengan gambar bola.
Hingga
suatu hari Bobi terpeleset lagi. Rupanya Lampi kesakitan karena Bobi membawanya
ke jalan yang penuh kerikil tajam. Sandal itu menolak berjalan di atas
kerikil-kerikil itu. Akhirnya Bobi pun hilang keseimbangan dan jatuh. Bobi menangis
keras. Ia merasa kesakitan karena luka di kakinya.
Ketika
sembuh Ibu menyarankan agar Bobi memakai sandal yang lama. Tentu saja Pipi
sangat senang mendengarnya. Kedua temannya, Merah dan Hijau bersorak sewaktu
Ibu mengambil Pipi dari rak sepatu. Sedangkan Lampi sama sekali tidak senang
melihatnya.
“Kemarin Ibu sudah mencuci sandal ini,” ucap Ibu sambil menyodorkan Pipi pada Bobi.
Bobi
dengan senang hati memakai Pipi. Karet Pipi sangat lembut di kulit. Sandal ini
sangat nyaman dipakai karena empuk dan tidak membuatnya lecet.
“Kelihatan bagus sekali yah, Bu?” Bobi memamerkan Pipi yang berkilau karena telah dicuci.
Ibu tersenyum. “Sebaiknya jangan kau pakai berlari di atas kerikil tajam sandalnya. Nanti karetnya cepat habis.”
Bobi
mengangguk. Dan ia benar-benar melakukannya. Bobi tidak memakai Pipi
sembarangan lagi. Pipi senang karena ia tidak merasa kesakitan gara-gara
menginjak kerikil yang tajam.
***
13 Komentar
Sudah lama gak baca cerita anak-anak. Bisa buat cerita tidur keponakan nih. Karena ku punya ponakan 1 tahun suka dibacain sebelum tidur
BalasHapuswaktu dulu anakku kecil aku suka bacakan cerita kayak gini mba, ih jadi kangen masa2 itu
BalasHapusCerita anak - anak yang menarik yaaa mba. Pipi si sandal jepit pun bisa protes nih kalau dipakai bermain di atas kerikil..
BalasHapusPipi dipake buat ke minimarket aja. Pasti seneng, deh. Karena adem dan gak ada kerikilnya. :)
BalasHapusWah, cerita yg menarik dan mengajarkan anak untuk menyayangi barang miliknya sekalipun itu hanya sandal.
BalasHapusPipi jadi bahagia lagi dong karena bisa jalan-jalan ama Bobi lagi, tapi apa kabar dengan Lampi ya? hihih
BalasHapusPipi dan Bobi, kok gemas ya nama tokohnya. Ditunggu chapter berikutnya ya kak. Biar bisa aku share ke anakku hehehe 😁
BalasHapusSeru juga cerita si pipi ini. Kapan ya aku bisa bikin cerita anak. Kayanya seru bisa mengedukasi dan memotivasi anak
BalasHapusLama gak baca cerita anak, trus baca cerita Pipi dan Bobi rasanya menyenangkan banget. Ini bisa jadi bahan buat ajarin anak merawat sandal nih.
BalasHapusAiihh... persahabatan yang manis antara Pipi dan si Bobi. Sandal dan tuannya. Semoga Pipi tidak kesakitan lagi ya diajak lari-lari di atas kerikil.
BalasHapusSenang sekali bila kita menggunakan barang sebagaimana mestinya.
BalasHapusSehingga bukan hanya barangnya bisa awet, tahan lama, tetapi juga tidak menyakiti si barang. Dengan penuh rasa syukur, kita bisa memaknai setiap barang yang berjasa di sepanjang kehidupan kita.
lama ngga baca cerita anak, bisa nih aku dongengkan ke anak bisa mengajarkan mereka untuk merawat sandal
BalasHapusMbaaa baguuus ceritanyaa. ❤️❤️. Jadi bisa aku ceritain ke anakku juga. Sampe skr dia msh suka diceritain dongeng sebelum tidur. Ini sama kayak sendal si adek sih, dipake yg itu2 aja Krn nyaman, sekalinya dibeliin yg baru ga mau 😄. Mau pas awalnya, trus balik lagi ke sendal lama 😁
BalasHapusHalo, dilarang spam yah. Maaf, kalau ada komentar tidak pantas mimin bakal langsung hapus.