Pesona Pasir Putih Pantai Dalegan, Mutiara Yang Tersembunyi

Pantai, laut, udara, air, angin, semuanya begitu lekat pada diriku. Kenangan masa kecil yang indah selalu dikelilingi oleh kelima hal tersebut. Begitu seringnya aku bermain di pantai, sampai terlintas di pikiran kalau semua tempat itu hanyalah laut dan laut. 

Me at Pantai Dalegan


Tapi aku suka laut, sangat suka sekali. Teringat dulu pernah membuat surat pendek. Tepatnya hanya berupa gulungan kertas dengan tulisan satu kalimat saja 'jemput aku'. Gulungan itu aku masukkan ke dalam botol kecil, lalu kulempar ke laut. Romantis sekali kan? Rupanya jiwa penulis genre romance sudah terlihat dari sejak kecil hehe. Entah terinspirasi dari novel yang mana ide tersebut. Hanya saja hal itu bagai sebuah pengakuan bagiku apabila pantai itu erat sekali dengan romantisme.


Laut Selatan VS Laut Utara

Di perantauan sini sulit sekali aku mendapatkan pantai yang berpasir putih. Air lautnya juga tidak sejernih di laut selatan. Jujur aku rindu sekali air laut yang biru dan pasir yang bersih. Sayangnya, beberapa kali hanya menemukan pantai yang berpasir biasa, dan air lautnya juga keruh. Pernah juga aku ke sebuah pantai yang airnya biru sekali, tapi nun jauh di Tulungagung sana. Perjalanannya lumayan jauh dan memakan energi yang cukup banyak. 

Laut selatan di sini adanya di Malang. Sayangnya aksesnya belum aku kuasai. Walaupun sudah riset beberapa kali tentang rute dan transportasi, tetap saja aku masih bimbang pantai mana yang akan dituju. Qadarullah, minggu kemarin ada hal yang membuat tekadku bulat untuk pergi ke pantai di Gresik. Kebetulan kota ini tidak asing bagiku. Rasa penasaran membuat aku eksplorasi berbagai tempat wisata di kota ini. Hingga sampailah di sebuah pantai kecil berpasir putih di kabupaten Gresik.


Pantai Dalegan, Mutiara Tersembunyi

Aku sempat tak percaya ketika menemukan informasi tentang pantai ini. Memang ada pantai utara yang air lautnya jernih dan berpasir putih? Setelah beberapa lama mencari informasi, baru aku yakin pantai seperti ini benar ada.

Banyak yang mengira pantai ini masuk ke Lamongan karena letaknya yang berdekatan. Sebenarnya Pantai Dalegan ada di wilayah Gresik, sekitar 40 kilometer dari pusat kota. Tempatnya juga tidak sulit diakses karena dilewati Trans Jatim. Delegan memiliki garis pantai yang pendek. Jadi tidak terlalu lelah ketika mengeksplorasi pantainya.

Jejak kaki di Pantai Dalegan


Pantai Dalegan terletak di Desa Delegan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Pantai ini memiliki pasir putih yang bersih. Ada banyak kerang kecil yang terdampar di pasirnya. Anak-anak juga aman bermain di pantai. Bendera kuning jadi batas aman untuk air laut yang bisa direnangi oleh pengunjung. Dari pantai juga terlihat kapal-kapal yang cukup besar. Kata beberapa pengunjung itu adalah kapal tambang.

Aku paling suka dataran tinggi yang menjorok ke laut. Jadi semacam jalan berpasir yang dibuat di atas air laut. Dikelilingi pula oleh bebatuan. Pemandangan ke laut dari tempat yang mirip dermaga ini sangat indah. Apabila berdiri di tempat yang paling ujung seperti ada di buritan kapal saja. Banyak yang mengambil foto di tempat itu, bergaya seperti sedang berada di atas kapal Titanic.


Perjalanan Yang Menyenangkan

Bangun di Sabtu pagi yang dingin, berbekal kata bismillah, aku bertekad mencapai Pantai Dalegan. Beruntung selama ini sering menggunakan transmoda umum. Dari rumah aku menggunakan bus listrik menuju terminal Bungurasih. Tak perlu menunggu lama, Trans Jatim jurusan Gresik yang menuju terminal Bunder pun lewat. Alhamdulilah aku mendapat tempat duduk. Perjalanan juga lancar. 

Di terminal Bunder aku ganti bus koridor 4 yang ke jurusan Lamongan. Tak perlu bayar tiket lagi karena yang sebelumnya masih berlaku. Tiket Trans Jatim memang berlaku 2 jam. Selama beda koridor, tiket tersebut bisa digunakan untuk transit.

Untungnya aku biasa traveling sendirian. Dan sama sekali tidak menyangka kalau selama perjalanan banyak cewek dan ibu-ibu yang healing juga. Seperti perjalanan yang sudah-sudah, kemarin pun aku mendapat teman seperjalanan. Walaupun perkenalannya singkat tapi sangat membekas di hati.

Dari terminal Bunder menuju halte Rambu Panceng 1 lumayan jauh juga. Aku sedikit terkantuk-kantuk, dan hampir saja terlewat haltenya. Jadi sebagai info, dari terminal Bunder itu untuk mencapai pantai Delegan harus turun di halte Rambu Panceng 1. Dari halte bisa memesan ojek. Mau ojek online atau ojek mandiri. Kemarin kebetulan aku pakai ojek penduduk yang ada di belokan jalan.

Ongkos naik ojeknya 15 ribu per motor. Katanya boleh saja kalau mau membonceng sampai dua orang juga. Untuk pulangnya nanti ada nomor WhatsApp yang dapat dihubungi, tinggal minta saja sama bapak ojeknya. 

Ternyata jarak dari halte ke pantai cukup jauh juga. Jalannya juga turun naik. Pemandangan selama perjalanan sangat cantik. Sawah-sawah warnanya hijau botol. Bahkan ada bukit kapur dengan lubang-lubang yang mirip pintu. Udaranya juga bersih sekali. Kayaknya aku bakal jalan kaki saja kalau nanti ada kesempatan ke sana lagi.


Harga Tiket Masuk, Hotel, Parkiran, dan Tempat Oleh-oleh

Harga tiket masuk ke pantai 10 ribu saja. Cukup terkejut juga, karena aku pikir pasti sekitar 15 ribu. Untuk anak-anak harga tiketnya berbeda lagi, dimulai dari 5 ribu rupiah. Ternyata di dekat penjaga tiket ada hotel. Jadi buat Sobat Traveler yang mau menginap tidak perlu jauh-jauh mencari.

Toko Souvenir


Aku melewati tempat parkir sebelum masuk ke pantai. Tempat untuk parkirnya luas sekali. Suka sekali dengan pantai ini. Dari awal masuk saja sangat bersih dan rapi. Ada deretan toko oleh-oleh. Hampir saja aku tergoda membeli topi lebar yang banyak dipajang di toko-toko tersebut. Selain itu ada banyak warung di pantainya. Mulai dari lalapan, bakso, hingga ikan bakar dapat dinikmati pengunjung di sini. 

Uniknya, hampir semua warung punya toilet umum dan kamar mandi untuk membasuh badan setelah berenang di tepi pantai. Untuk musala juga tersedia di beberapa warung. Ada warung yang sangat bersih toiletnya, juga musalanya bersih. Sayang aku lupa namanya, hanya ingat warna cat temboknya saja yang serba hijau. Letaknya dekat dengan dermaga batu.

warung makan yang lengkap fasilitasnya, ada kamar basuh dan musala


Pantai Mungil Yang Indah

Aku terpesona dengan kenyataan yang terhampar di depan mata. Sebuah pantai mungil dengan ombak yang penuh keceriaan. Ombaknya memukul-mukul lembut, menyentuh dahaga akan kegembiraan yang mencuat begitu saja ketika menyentuh dinginnya. Rasanya seperti anak kecil yang bahagia ketika menemukan gula-gula di taman hiburan. Sejenak aku terdiam mengikuti arah angin. Menepuk-nepuk seluruh bagian tubuhku yang hampir kering kerontang karena polusi. Tak percaya rasanya bisa kembali menikmati keindahan laut.

pasir putih di Pantai Dalegan


Pantai Dalegan sangat mungil. Tapi dapat memberikan kegembiraan pada para pengunjungnya. Ombaknya tidak terlalu besar, tapi sangat menyenangkan ketika diajak bermain. Senang rasanya dapat merasakan kembali serakan pasir putih di telapak kaki. Bahkan aku sempat menjelajah tepi pantai untuk mengumpulkan kerang-kerang mungil. Menenggelamkan diri sebatas pinggang ke dalam air laut terasa sangat menyenangkan. Semua penat mulai terangkat. Aku tersenyum sambil meneriaki langit biru dalam hati. "Assalammualaikum ...." Demikian sapaku sembari mencium air laut. Semua ciptaan Allah memang indah serta patut disyukuri keberadaannya.

Di tempat ini terdapat beberapa spot untuk menikmati keindahan laut serta pantai. Ketika masuk, di sebelah kanan ada bagian yang di atasnya terdapat saung-saung kayu. Pengunjung biasanya mengaso sambil melihat laut di sini. Aku juga sempat mengintip keindahan pantai dari teras di sebelah pos pantau. Ternyata dari sudut sebelah sini pantai terlihat jelas sekali. Dan anginnya juga menyegarkan. Membuat seluruh tubuhku terasa sehat dan kuat, Masya Allah.

Seperti dermaga dari batu


Kemudian ada bagian yang menjorok ke tengah laut. Seperti tumpukan batu yang dibuat tinggi dari permukaan air laut. Aku tak sempat bertanya apa namanya. Tapi ketika aku berjalan di atasnya air laut tampak jelas membentang di kejauhan. Serta pantai ada di bawah sana. Banyak pengunjung dan juga anak-anak yang bermain dengan ombak di bawah sana. Tempat ini mirip dermaga yang terbuat dari batu menurutku. Beberapa pengunjung sengaja naik ke tempat ini untuk berfoto dengan background laut lepas. Bagaimana denganku? Tentu saja aku menghempaskan diri ke tanah berpasirnya. Lalu sambil memeluk lutut, kubiarkan angin bermain dengan kain kerudungku. Sangat indah ....


Fasilitas Permainan Di Pantai Dalegan

Di pantai ini disediakan beberapa fasilitas permainan untuk dinikmati oleh pengunjung. Ada ban pelampung yang bisa digunakan tanpa batas waktu. Kemudian ada banana boat yang sangat memicu adrenalin. Harga sewanya  25 ribu saja. Untuk sewa speed boat juga tidak terlalu mahal, 35 ribu saja. Menyenangkan bukan? Padahal pantainya tidak terlalu luas, tapi fasilitasnya lengkap sekali.

Menu makanan dan minuman di warung-warungnya juga variatif dengan harga yang tidak terlalu mahal. Pokoknya lengkap sekali fasilitasnya di pantai yang satu ini. Mungkin ini juga yang menjadi daya tariknya, karena semakin siang semakin banyak saja pengunjung yang datang.


Ketika Jam Menunjukkan Jam Pulang

Sayang aku tak bisa pulang terlalu sore. Perjalananku masih lama dan panjang. Dan takut juga Trans Jatim-nya tidak ada kalau pulang telat. Jadi, dengan hati berat aku pun terpaksa meninggalkan pantai mungil ini. Sempat terpikir untuk memesan ojek online. Tapi urung kulakukan. Kemudian aku teringat pada nomor WA yang ditinggalkan bapak ojek yang mengantarku tadi siang. Lagi-lagi aku urungkan niat tersebut. Jujur masih tidak rela harus meninggalkan angin yang sejuk di tempat ini.

Akhirnya, kuputuskan untuk jalan kaki saja sambil menikmati pemandangan sore. Setelah menyeberang ke jalan desa, mataku terantuk pemandangan yang tadi siang tak ada. Di sisi kanan jalan ada penjual jagung bakar. Ada dua orang wanita, yang tua sedang membakar jagung. Wanita satunya aku taksir berumur 50 an. Wanita itu sedang duduk di atas tikar bersama kedua anaknya. Perutku yang sedikit lapar mulai menarik-narik untuk membeli jagung itu.

"Maaf Bu, berapa harga jagungnya?"

"10 ribu tiga, Mbak." Wanita tua itu yang menjawab.

Wah, murah sekali, pikirku. Lalu aku putuskan untuk membeli jagung bakarnya. Wanita dengan dua anak itu sepertinya penasaran denganku.

"Mbak ini mau kemana?" tanyanya ramah.

Aku jawab mau pulang, tapi mau jalan kaki saja sambil menikmati senja. Wanita itu lalu memaksa untuk mengantarku hingga ke halte. Berulang kali aku tolak, tetap saja ia bersikeras. Akhirnya mau tak mau aku menerima tawarannya. Jadinya aku dibonceng ibu tersebut, lengkap dengan kedua anaknya. Aku pun berulang kali meminta maaf karena telah merepotkan beliau. Dan jawaban ibu itu membuat hatiku trenyuh.

"Saya juga pernah ditolong orang, Mbak. Makanya sekarang saya nolong, Mbak. Lagian kalau jalan kaki kapan sampainya, keburu sore banget."

Masya Allah, ibu ini tidak tahu kalau aku ini hobi jalan kaki. Tapi jawabannya yang jujur itu membuatku sadar. Hidup yang keras tak perlu membuat kita menjadi keras pada orang lain. Seperti ibu ini juga yang kebetulah salah satu anaknya merupakan ABK. Justru kita harus melatih hati ini menjadi lembut. Ibu yang menolongku juga seperti itu, berbagai kesulitan dalam hidupnya menjadikan empatinya terasah. Hatinya peka terhadap kesulitan orang lain.

Perjalan pulang yang penuh kenangan. Dan aku lagi-lagi terpesona oleh keindahan alam sepanjang jalan desa. Aku langsung menuju halte setelah mengucapkan terima kasih pada ibu tersebut. Beruntung tak lama menunggu, Trans Jatim terlihat menuju ke tempatku. Ternyata kendaraan umum ini dalam keadaan kosong. Lega rasanya karena mendapat tempat duduk. Tanpa terasa aku pun tertidur pulas. Dan aku bermimpi, mimpi yang indah, aku sedang berjalan di tepi pantai yang berpasir putih.


***





Posting Komentar

4 Komentar

  1. aku baru denger nama Pantai Dalegan ini, aku dulu ke Gresik cuman buat nyebrang ke Bawean aja
    aku dulu juga nekat pernah ke Lamongan, tapi cuman ke WBL aja mbak, dan itu bermodalkan nekat dari jember naik kereta, PP pula.
    Dan rutenya juga aku mulai dari Bungurasih naik bis umum, nggak nyangka aja ternyata aku bisa explore kota lain sendirian juga

    BalasHapus
  2. Tadi aku sempet salah baca, kirain namanya Dagelan mba 😅. Ternyata dalegan yaa

    Masa kecilku juga di daerah pesisir pantai, Aceh Utara. Belasan tahun di sana. Tp sayangnya pantai Aceh itu ga bisa direwangi. Ombak cendrung tinggi dan udah banyak makan korban. Jadi tiap ke pantai biasanya kami piknik doang, tp ga tertarik main air.

    Makanya aku dengan pantai ga begitu suka. Sekedar duduk piknik, ya oke. Tapi kalo ada tempat lain yg lebih dingin, aku prefer kesana 😄.

    Beda Ama suami dan anak2, yg memang kalo dah liatpantai, beuugh maunya berenang 😄

    BalasHapus

Halo, dilarang spam yah. Maaf, kalau ada komentar tidak pantas mimin bakal langsung hapus.